Sosok Ayah bagi Perkembangan Anak
Sama
seperti ibu, ayah adalah pilar dalam perkembangan kesejahteraan emosional anak.
Umumnya anak-anak mencontoh ayah mereka dalam soal peraturan dan bagaimana
menegakkannya. Mereka juga selalu mencari ayah mereka untuk mendapatkan
perasaan aman, baik fisik maupun emosional. Anak-anak selalu ingin membuat ayah
mereka bangga, dan ayah yang terlibat dalam pengasuhan akan menghasilkan
anak-anak yang tumbuh kuat dengan kepribadian baik. Penelitian telah
menunjukkan, bahwa ketika ayah bersikap penuh kasih sayang dan suportif, itu
sangat memengaruhi perkembangan kognitif dan sosial anak. Ini juga menanamkan
rasa kesejahteraan dan kepercayaan diri secara keseluruhan dalam diri anak.
Para ayah tidak hanya memengaruhi siapa kita di
dalam, tetapi juga bagaimana kita memiliki hubungan dengan orang-orang saat
kita tumbuh. Cara seorang ayah memerlakukan anaknya akan memengaruhi apa yang
ia cari pada orang lain. Teman, kekasih, dan pasangan semuanya akan dipilih
berdasarkan pada bagaimana si anak mempersepsikan makna hubungan dengan
ayahnya. Pola-pola yang ditetapkan sang ayah dalam hubungan dengan anak-anaknya
akan menentukan bagaimana anak-anaknya berhubungan dengan orang lain.
Hubungan Ayah dan Anak Perempuannya biasanya lebih erat dan cenderung
Anak-anak perempuan bergantung pada ayah mereka untuk rasa aman dan dukungan
emosional. Seorang ayah menunjukkan kepada putrinya seperti apa hubungan yang
baik dengan seorang pria. Jika seorang ayah penuh kasih dan lembut, putrinya
akan mencari kualitas-kualitas itu pada pria ketika dia cukup umur untuk mulai
berkencan dan menjalin hubungan bahkan sangat berpengaruh pada kesiapan mental
anak untuk berumah tangga. Jika seorang ayah kuat dan gagah berani, dia akan
menjalin hubungan dengan pria dengan karakter yang hampir sama. Ayah dan Anak
Laki-lakinya Tidak seperti anak perempuan, yang membuat model hubungan mereka
dengan orang lain berdasarkan karakter ayah mereka, anak laki-laki mencontoh
karakter ayah mereka untuk diri mereka sendiri. Anak laki-laki akan meminta
petunjuk untuk berbagai hal dari ayah mereka sejak usia sangat muda. Sebagai
manusia, kita tumbuh dengan meniru perilaku orang-orang di sekitar kita;
demikianlah cara kita belajar berfungsi di dunia. Jika seorang ayah peduli dan
memerlakukan orang lain dengan hormat, anak laki-lakinya pun akan tumbuh
seperti itu. Ketika kehadiran seorang ayah tidak ada, anak laki-laki akan
mencari figur laki-laki lain untuk menetapkan "aturan" tentang
bagaimana berperilaku dan bertahan hidup di dunia.
Ada sebuah cerita menarik kisah anak dan ayah dari suri
tauladan kita yaitu kanjeng nabi Muhammad SAW dan putri beliau Sayyidah Fatimah
R.A . Sayyidah Fatimah lahir ketika Nabi
Muhammad menghabiskan waktu menyendiri di pegunungan di sekitar Kota Mekkah.
Namun, jarak itu lantas tidak membuat mereka menjauh saat Sayyidah Fatimah menginjak usia 10 tahun,
sekelompok Quraisy melakukan tindakkan tidak terpuji kepada Rasulullah SAW.
Salah satu yang paling keji, Uqbah ibn Abi Muayt melemparkan kotoran ke pundak
Nabi saat dia masih bersujud. Tak tinggal diam, Sayyidah Fatimah menunjukkan
rasa hormat dan cintanya yang sangat besar pada ayahnya. Dia berdiri teguh
melawan penindasan keji tersebut dengan menghapus kotoran dari tubuh ayahnya
yang masih berdoa. Sayyidah Fatimah terus membela ayahnya saat dia diserang dan
menderita penghinaan serta luka di tangan orang Quraisy. Pembelaan yang dia
lakukan membuat hubungan emosional anak-ayah semakin dekat.
Dari kekuatan dan kesetiaan Sayyidah
Fatimah kita bisa belajar bagaimana menjadi anak yang berbakti dan berakhlak
mulia. Kita tidak harus ada pada saat di atas, namun juga tetap menaruh rasa
hormat dan mendampingi orang tua yang sedang berada dalam kondisi kurang
menguntungkan. Seorang ayah sering dianggap memiliki peran sebagai kepala rumah
tangga dan pencari nafkah. Perannya diutamakan sebagai penyedia keuangan
daripada mengasuh.
Faktanya, ayah memiliki peran
pengasuhan yang penting dalam kehidupan putri mereka. Dikisahkan, ketika Nabi
melihat Sayyidah Fatimah, dia segera mendekat, menyambut, berdiri, mencium,
memegang tangan, dan menuntunnya kembali ke tempat duduk Sayyidah Fatimah. Nabi
menunjukkan kepada putrinya rasa hormat dan martabat yang besar. Dia mengajari
bagaimana memperlakukan anak perempuannya kepada orang-orang di sekitarnya,
bahkan untuk kita sampai hari ini.
Nabi Muhammad SAW pernah berkata:
“Siapapun yang membuat senang Fatimah
maka akan membuat Allah SWT bahagia, dan siapapun yang membuat dia marah pasti
telah membuat Allah SWT murka. Fatimah adalah bagian dari diriku. Apa pun yang
membuatnya senang, itu juga membuat aku senang, dan apa pun yang membuatnya
marah, maka akan membuat aku marah. " (Bukhari dan Muslim)
Kisah antara Nabi Muhammad SAW dan
putrinya, Sayyidah Fatimah, adalah contoh luar biasa dari hubungan ayah-anak.
Anak perempuan dapat belajar dari kesetiaan Sayyidah Fatimah yang kuat dan
menghormati ayah. Seorang ayah dapat belajar dari martabat dan rasa hormat yang
ditunjukkan oleh Nabi Muhammad SAW kepada Sayyidah Fatimah.
Referensi
:
Komentar
Posting Komentar